MAKE A RESERVATION
Home > Articles & Publication > KEAJAIBAN ILMIAH TENTANG ASI DAN CARA BERPIKIR SEORANG MUSLIM

KEAJAIBAN ILMIAH TENTANG ASI DAN CARA BERPIKIR SEORANG MUSLIM

by. Admin
22 February 2021
KEAJAIBAN ILMIAH TENTANG ASI DAN CARA BERPIKIR SEORANG MUSLIM

Dalam sebuah kajian seorang ustadz yang membahas pendidikan, ada penjelasan beliau yang penting untuk jadi bahan renungan. Yaitu tentang kesalahan kita menempatkan urutan keyakinan yang tanpa sadar menempatkan metodologi ilmiah di atas dalil.

Sebagian kita ketika diberi dalil perintah, lewat begitu saja di telinga tanpa efek apapun di kita. Misal dalil minum sambil duduk, atau perintah qiyamul lail. Kebanyakan kita paham ada dalil tentang itu tapi ya begitulah..biasa aja.

Berbeda jika ada yang memberi tahu bahwa minum sambil berdiri itu tidak baik untuk kesehatan, ada penelitiannya begini begitu, atau tahajud ternyata bagus untuk kesehatan, sudah ada penelitiannya dsb.. dsb..., baru perhatian kita muncul.
"Oh iyakah? Wah kalo begitu mulai besok saya minum sambil duduk."
Atau
"Mulai besok saya tahajud.."

Mengapa harus menunggu ada penelitian dulu untuk melaksanakan sebuah dalil? tanya sang ustadz. Tidak begini seharusnya cara berpikir seorang muslim.

Dan ini juga yang terjadi pada tuntunan yang bernama "menyusui".

Perintah menyusui sudah jelas tertulis dalam Al Qur'an. Ada di sana, hitam di atas putih, tidak samar, terang benderang. Namun bukan sebuah rahasia ketika sebagian kita menganggap perintah ini biasa saja. Tahu ada dalilnya tapi ya udah..biasa saja.

Tetapi, ASI menjadi tidak biasa ketika kita menemukan banyak jurnal penelitian yang menunjukkan kandungan ASI bukan sekedar cairan mengenyangkan untuk bayi. Ada hikmah yang spektakuler di tiap tetes ASI yang mau tak mau membuat kita terperangah. Kaget, takjub, terpesona luar biasa. Itu jadi mengubah cara kita memandang ASI. Lalu mulailah kita gencar mendorong pentingnya ASI dengan melandaskan bukti-bukti itu. Dan ya, banyak yang kemudian berubah takjub dan kagum pada ASI lalu meyakinkan diri untuk memberi ASI pada anak-anaknya. Padahal ini pola pikir yang terbalik. Mestinya laksanakan dulu perintah menyusui tanpa ragu. Bila datang hikmah kemudian, maka itu adalah bonus atas ketaatan. Begitu, bukan?

Walau demikian, kami memahami bahwa pengetahuan umat itu beragam. Ada yang perlu disentuh dulu dengan fakta ilmiah baru cara pandangnya berubah. Yang demikian tak mengapa, selama kedepannya punya tekad kuat untuk memperbaiki diri agar bisa maksimal mengerjakan tuntunan yang satu ini.

Terlepas dari pembahasan di atas, tentu kita tak bisa memungkiri ada kondisi tertentu yang menyebabkan seorang bayi tidak bisa mendapat ASI langsung dari ibunya dikarenakan udzur syar'i dan ini tentunya perkecualian di luar kuasa kita sebagai manusia. Qodarulloh wa ma sya fa'al.

Mari, perbaiki niat dan cara pandang dalam menyusui. Belum terlambat untuk mengubahnya.

Sami'na wa atho'na, ya Rasulullah.
Kami menyimak dan kami taat, ya Rasulullah

Read other articles & publications:
TES POSTCOITAL (SERI PEMERIKSAAN KESUBURAN PRIA)
Tes postcoital, atau disebut juga tes post...
TES DNA FRAGMENTASI
Tes DNA fragmentasi merupakan salah satu ...
TES KRIPTORKIDISME UNTUK PEMERIKSAAN KESUBURAN PRIA
Tes kriptorkidisme memegang peran penting ...