MAKE A RESERVATION
Home > Articles & Publication > Lotus Birth (Metode Lain Perawatan Talipusat)

Lotus Birth (Metode Lain Perawatan Talipusat)

by. Admin
24 July 2017
Lotus Birth (Metode Lain Perawatan Talipusat)

Assalamualaikum, bunda semua..

Cukup lama belum ada kesempatan untuk menulis artikel mengenai kehamilan dan persalinan. Beberapa waktu yang lalu secara tidak sengaja menemukan pembahasan yang menarik tentang pro kontra lotus birth. Maka izinkan saya untuk mengulik topik ini dari berbagai sudut pandang. Semoga dapat bermanfaat bagi semuanya.

Bismillahirrokhmannirokhim

A. Lotus Birth dalam sudut pandang Budaya (Sosiologi)

1. Dalam sudut pandang medis saat ini, plasenta adalah limbah klinis. Tetapi kebijakan itu tidak berdiri sendiri dan bisa berubah dengan mempertimbangkan sisi sosiologis pasien yang bersangkutan.

2. Penerapan lotus birth merupakan pendekatan pada tradisi kuno yang berkembang diberbagai daerah seperti India, china dan mesir. Dalam sumber lain juga dilakukan di beberapa daerah di Amerika dan Australia. Referensi mengenai lotus birth ini terdapat hampir disemua ajaran agama, yaitu agama budha, Hindu, Kristen dan yahudi. Jadi tidak bisa hanya dikatakan ajaran dari satu agama saja karena asal tercetusnya juga belum jelas.

3. Persalinan dalam siklus hidup manusia merupakan fase yang istimewa, terlebih bagi mereka yang menjalankan pertama kali. Dari kedudukan inilah fase ini begitu sakral bagi tradisi, budaya dan agama tertentu. Bukan hanya proses biologis mengeluarkan barang dari dalam tubuh seperti membuang kotoran. Tidak heran bagi budaya, tradisi, dan agama tersebut disangkut pautkan dengan hal ghoib, symbol kehidupan dan hubungan dengan alam atau pencipta mereka. Seperti beberapa perspektif berikut: dalam agama hindhu, membiarkan plasenta secara utuh dihubungkan dengan kejadian kelahiran dewa wisnu untuk menjaga sifat ke-dewa-annya, plasenta adalah saudara dari bayi (Long, 1963. p. 234), plasenta bagian dari pencipta matahari dan bumi (Knapp Van Bogaert dan Ogunbajo, 2008. P. 45) dan lain-lain. Karena dalam sosiologi perilaku manusia terhadap sesuatu sangat dipengaruhi oleh hal materi (kondisi lingkungan, letak geografis, iklim, cuaca, dll) dan non materi (kultur, budaya, norma dan agama).

4. Praktek lotus dalam RS jarang sekali dilakukan karena protap-protap di dalamnya. Dalam praktek modern hanya sebagian kecil layanan persalinan yang sering melakukan metode ini. Penelitian sosial tentang plasenta masih terbatas dan dilakukan oleh bidan (Bastien, 2004 : Fahy et al 2010 : Fery, 2007). Hal ini mungkin dikarenakan Negara barat hanya menganggap plasenta sebagai limbah klinis dan tidak diperhitungkan sama sekali (Birdsong, 1998. Callaghan, 2007). Dalam perilaku sosial bagi ibu yang menjalani lotus birth mereka menyadari bahwa plasenta adalah hak bayi dan bukan milik ibunya karena semenjak di dalam rahim, janin dapat bermain dengan talipusatnya dan hal itu merupakan sumber kenyamanan dan kebiasaan. Jadi sang ibu merasa hal ini sangat lembut, berharga dan patut dihormati. (Burns E, 2014)

5. Lotus birth bukan ajaran agama hindhu.

Seperti halnya proses burning cord yang juga dilakukan oleh umat hindu dengan melalui nyanyian mantra gayatri sampai talipusat terbakar habis.

Umat islam yang melakukan metode ini tidak perlu melakukan rangkaian ritual dan nyanyian mantra, kita hanya melakukan proses perawatan plasenta sebagaimana mestinya. Tidak bisa kita dengan mudah mengklaim bahwa metode ini dilarang dalam agama karena menyerupai budaya agama lain (Tasyabbuh).

Sekarang mari kita berpikir sejenak, apakah memang sudah dapat dipastikan bahwa metode ini dicetuskan pertama kali oleh umat agama lain? Lalu bagaimana dengan persalinan maryam? Yang beliau saat mau melahirkan pergi mengasingkan diri ke tempat yang jauh (Surat Mayam : 22). Mungkinkah Maryam sempat membawa pisau atau benda tajam lainnya untuk memotong? Mungkinkah sempat membawa korek api atau lainnya untuk membakar talipusat? Mencoba untuk memahami surat Maryam dengan penggambaran kondisi Maryam pada saat itu. Atau apakah umat hindu dan yang lainnya lebih kreatif dalam membuat istilah lebih dahulu walaupun persalinan Maryam juga menggambarkan rekaan yang sama sehingga kalah populer. Wallahua’lam.

B. Lotus Birth dalam sudut pandang Medis

1. Manfaat Lotus Birth sama dengan Delayed Cord Clamping (DCC)

Lotus birth merupakan metode pilihan lain dalam perawatan talipusat. Metode ini juga melalui rangkaian dari DCC atau dengan melalui penundaan pengekleman dan pemotongan talipusat. Bukankah Lotus Birth juga ditunda? Hanya saja waktunya lebih lama dan proses akhir tidak dilakukan pemotongan. Maka berarti metode ini juga sudah berhasil menyerap manfaat dari DCC dalam memaksimalkan jumlah pasokan darah yang masuk ke dalam tubuh bayi.

2. Penundaan pengekleman dan pemotongan talipusat 1-3 menit tidaklah cukup

Dalam sebuah studi penelitian penundaan pengekleman dan pemotongan talipusat dalam waktu 5 detik dan 60 detik saat bayi lahir, jumlah volume darah yang masuk kedalam tubuh bayi tidak jauh berbeda. Jumlah volume darah yang masuk akan meningkat tajam pada penundaan setelah 5 menit.

Jadi selang waktu dilakukan DCC 1-3 menit masih belum cukup untuk menurunkan resiko anemia pada bayi. Dalam buku Panduan Praktis Asuhan Persalinan Normal, Geneva Swiss, 1997 menyatakan bahwa penundaan pengekleman (atau tidak sama sekali diklem) adalah cara fisiologis dalam perawatan talipusat dan pengekleman talipusat secara dini merupakan intervensi yang masih memerlukan pembuktian lebih lanjut.

3. Lotus Birth menyebabkan bayi kuning??

Lotus birth adalah praktek meninggalkan talipusat secara utuh sehingga tidak menghalangi proses fisiologis normal dalam perubahan Wharton’s jelly yang menghasilkan pengekleman internal alami dalam waktu 10-20 menit paska persalinan. Bayi baru lahir memiliki organ hati yang belum matang, oleh karena itu hati tidak dapat memproses bilirubin dengan baik sehingga membuat bayi kuning. Hal ini merupakan keadaan yang fisiologis dan tidak dapat dikatakan disebabkan oleh bayi dengan lotus birth karena bayi baru lahir dengan pengekleman dan pemotongan dinipun bisa mengalami hal yang sama. Saya bekerja di Rumah Sakit selama beberapa tahun dan banyak menemui bayi yang di fototerapi (perawatan bayi kuning) padahal mereka tidak dilahirkan dengan metode lotus birth.

Sebagaimana kita mengagumi rancangan Allah SWT dalam menciptakan panggul sedemikian rupa beserta hormon-hormon pada tubuh wanita agar dapat hamil dan menjalankan persalinan secara proses fisiologis (alami) maka seharusnya kita menambah keimanan kita untuk mempercayai bahwa Allah SWT sudah merancang pengekleman talipusat secara alami. Allah itu Maha Pintar, Maha Cerdas. Adakah proses penciptaan ini terjadi tidak berdasarkan campur tangan-Nya???

Mari bunda banyak mengucapkan istigfar, memohon ampun atas akidah kita yang sudah goyah hanya karena proses yang sangat fisiologis ini.

4. Lotus Birth menyebabkan infeksi?

Perlu kita ketahui tanda-tanda infeksi talipusat antara lain : talipusat berbau, demam, pusar kemerahan menyebar luas ke kulit sekitar, terdapat nanah. Adakah laporan klinis tentang insiden bayi mengalami infeksi talipusat dikarenakan Lotus Birth?

Kelemahan dari metode ini disebabkan karena perawatan plasenta yang kurang benar. Tetapi cara perawatan plasenta yang kurang benar sekalipun hanya akan mempercepat proses pembusukan plasenta tetapi tidak menyebar pada talipusat sehingga menyebabkan infeksi pada bayi. Metode ini telah memastikan semua system pada talipusat tertutup dan dalam 1 hari paska kelahiran bayi, talipusat menjadi kering seperti ranting. Jadi tidak ada kesempatan dari kuman untuk masuk kedalam talipusat.

5. Evidence Based (Berdasarkan Bukti)

Menyebarkan berita atau sesuatu yang berhubungan dengan medis seharusnya dengan menyertakan bukti ilmiah sebagai dasar dalam pemberian asuhan kebidanan. Dalam tahap penelitian lanjut, Randomized Controlled Trial tentang Lotus Birth memang belum ditemukan. Penelitian ini mahal dan lama, namun hal ini sudah ditemukan pada tingkat III Evidence Based yang melibatkan pendapat otoritas, pengalaman klinis dan penelitian deskriptif. Dibawah ini kami akan terlebih dahulu menjelaskan lebih rinci tentang perbedaan proses berfikir kritis (critical thinking), penilaian klinis (clinical judgment) dan asuhan berdasarkan bukti (evidence based).

a. Critical Thinking (Berfikir Kritis)

Adalah cara berfikir tentang subyek, konten atau masalah yang dilakukan pemikir secara aktif atas intektual mereka. Dalam pelaksanaannya hal ini didasarkan pada nilai-nilai universal intelektual yang melampaui cabang suatu ilmu tertentu. Tiga kunci utama dalam berfikir kritis ialah, mengenali masalah, menilai beberapa pendapat, dan menarik kesimpulan.

b. Clinical Judgment (Penilaian Klinis)

Kata penilaian adalah suatu kemampuan untuk membuat keputusan logis/rasional dan menetukan apakah suatu tindakan yang akan dilakukan benar/salah. Sedangkan kata klinis berkaitan dengan perawatan pasien yang sebenarnya. Didasarkan pada observasi yang dibedakan antara teori dan eksperimental. Jadi clinical judgment merupakan bagian dari proses berfikir kritis namun tingkatannya lebih berdasar karena adanya pasien yang sebenarnya.

c. Evidence based Health Care (Perawatan Kesehatan Berdasarkan Bukti)

Merupakan penerapan berfikir kritis berdasarkan metode ilmiah yang digunakan dalam pengambilan keputusan bidang kesehatan. Dalam pelaksanaanya keputusan akhir dalam memberikan pelayanan kesehatan juga menggabungkan dengan tingkat pengetahuan/pendidikan, pengalaman klinis dan kebijakan yang berlaku.

Praktek lotus birth ini dijalankan pada layanan kesehatan baik di Indonesia maupun diluar negeri menunjukkan hasil yang sebagai berikut :

1) Lotus birth bermanfaat seperti DCC yaitu penambahan suplai darah dari plasenta ke bayi. Dr Sarah Buckley mengatakan : “bayi akan menerima tambahan 40-60 ml darah yang dikenal sebagai transfuse plasenta. Darah transfuse ini mengandung zat besi, sel darah merah, keping darah dan bahan gizi lain yang akan bermanfaat bagi bayi sampai tahun pertama”. Hilangnya 30 ml darah bayi baru lahir adalah setara dengan hilangnya 600 ml darah untuk orang dewasa. Dengan adanya pemotongan segera sebelum talipusat berhenti berdenyut memungkinkan bayi baru lahir kehilangan 60 ml darah yang jumlahnya setara dengan 1200 ml darah orang dewasa.

2) Lotus birth mempercepat proses pemuputan talipusat. Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari setelah kelahiran. Saya telah mendampingi beberapa pasien yang menginginkan metode lotus birth. Hasil dari penilaian klinis menunjukkan bahwa lama hari puputnya talipusat berlangsung rata-rata 2-4 hari. Terdapat perbedaan pada keadaan talipusat dalam 24 jam paska kelahiran pada bayi Lotus Birth dan delayed cord clamping. Keadaan talipusat pada lotus birth dalam 24 jam sudah mengering hingga pangkal talipusat layaknya ranting tumbuhan. Sedangkan pada talipusat proses DCC masih sangat basah. Pendapat ini dikuatkan dalam penelitian yang menyatakan "Pelepasan plasenta pada metode Lotus Birth lebih cepat dibandingkan dengan metode Konvensional...". (Ratnasari L, dkk. 2013)

3) Belum adanya laporan klinis yang menunjukkan metode lotus birth berbahaya dan menyebabkan infeksi talipusat bayi baru lahir.

4) Ditambah lagi manfaat psikososial, misal memperkuat bounding attachment, fokus perawatan bersama ibu dan ayah, diharapkan mengurangi risiko infeksi kuman dan bakteri yang dibawa pengunjung karena menunggu sampai puput dll

6. Susunan genetik manusia berbeda dengan kucing dan anjing.

Kebanyakan dari mamalia memotong lalu memakan plasentanya sendiri diyakini karena plasenta kaya akan nutrisi yang sangat dibutuhkan sang induk untuk memulihkan diri dari penderitaan melahirkan dan mendukung produksi susu untuk menyusui bayinya. Beberapa mamalia berpuasa selama 24 jam terakhir masa kehamilannya, ini juga dapat dijadikan alasan lain mengapa mereka mati-matian membutuhkan nutrisi saat itu. Saat mereka membutuhkan plasentanya, maka secara otomatis pula talipusat anaknya terkesan dipotong.

Praktik modern dari Lotus Birth menunjukkan mamalia yang mempunyai 99% bahan genetik yang hampir sama dengan manusia adalah simpanse. Simpansepun membiarkan plasentanya tetap utuh, tidak merusak atau memotongnya.

Jadi jika ingin menyamakan manusia dalam proses perlakuan talipusat dengan kucing atau anjing tidaklah tepat.

7. Lotus Birth berbahaya/ribet atau menyulitkan ibu paska melahirkan

Jawaban untuk pernyataan ini lebih cocok ke peribahasa, “tak kenal maka tak sayaang”. Karena bagi beberapa orang ini pengalaman baru, coba di klarifikasi pada ibu dan keluarga lain yang sudah terlebih mempunyai pengalaman menerapkan Lotus Birth secara modern dan silahkan membandingkan. Apakah menyusahkan? Dahulu saya membayangkan saja juga seperti itu. Susahnya mungkin ya membawa plasenta dengan baskom bersama bayi kemana-mana. Tetapi saat menjalankan ternyata demikian mudahnya. Kita dapat menggendong bayi hanya dengan 1 tangan dan tangan lain memegang baskom. Jika sudah terbiasa menggendong bayi pasti hal ini mudah untuk dilakukan.

C. Lotus Birth dalam sudut pandang Agama Islam

Hal ini terkait dalam asimilasi agama dengan budaya. Sebaiknya kita tidak boleh tergesa-gesa mengambil kesimpulan. Jika kita perhatikan, implementasi LB sudah ada dari agama yahudi (1500 SM) dan Budha (520 SM) maka kita tidak dapat menisbatkannya kepada agama budha. Oleh karena itu hendaklah kita memperhatikan aspek sejarah dalam mengembalikan ilmu pengobatan Dien Islam. Seperti lahirnya pengobatan tradisional china yang diklaim sejak 3000 tahun lalu, Apakah benar dari china atau adakah peradapan yang lebih tua?

Jika memang lotus birth adalah warisan budaya sehingga setiap masyarakat yang mengimplementasikannya selalu disertai ritual tertentu, Apakah jika ritual tersebut dihilangkan maka proses kelahiran menggunakan metode ini akan menjadi buruk?

Dalam hal ini kita bisa belajar tentang ruqyah, dimana Rosulullah Shalallaahu’alayhi Wasallam minta ditunjukkan cara meruqyah yang ditanyakan oleh Auf bin Malik Radhiallahu’anhu. ‘Auf bin Malik Radhiallahu’anhu, berkata : “Dahulu kami meruqyah dimasa jahiliyah lalu kami bertanya : ‘Wahai Rosulullah bagaimana pendapatmu tentang hal itu?. Beliau menjawab : Tunjukkan kepadaku ruqyah-ruqyah kalian. Ruqyah-ruqyah itu tidak mengapa selama tidak mengandung syirik’.” (HR. Muslim No 2200). Kata kuncinya ada dalam kandungan syirik. Jika kita bersikap kaku maka pengobatan konvensionalpun akan jatuh dalam keharaman.

Ada beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan dari Lotus Birth :

1. Hukum dasar setiap amalan yang belum ada dalil larangannya adalah boleh. Apakah ada dalil yang melarang lotus birth? Selama ini kami belum menemukan.

2. Apakah amalan ini merupakan ritual ibadah umat lain atau sekedar budaya yang bisa dilepaskan dari pengaruh agama dan atau kepercayaan yang terkandung kesyirikan? (Baca lagi persalinan Maryam)

3. Lotus Birth adalah masalah dunia, maka perlu kita ketahui apakah ada manfaat dan keburukan dalam metode ini? Lebih besar mana antara manfaat dengan keburukan? (sudah terjawab dalam sudut pandang medis di atas)

Sedangkan masalah tasyabbuh atau menyerupai umat lain maka kita tidak bisa sekonyong-konyong mengenakan terhadap suatu perbuatan, misalnya mayoritas umat islam saat ini menggunakan celana panjang. Siapakah yang pertama kali mempopulerkan celana panjang? Muslim atau non muslim? Jika non muslim maka berarti mayoritas umat islam berdosa dengan beban tasyabbuh. Jadi kita harus bisa membedakan budaya (budaya merupakan kebiasaan) dengan akidah.

Dalam ilmu filsafat, keilmuanpun bisa berubah. Saya fikir semua orang sepakat bahwa keilmuan itu berkembang dan memperbarui diri, misalnya dalam asuhan kebidanan : dahulu anjuran untuk memberikan ASI eksklusif hanya selama 4 bulan tapi nyatanya sekarang berubah menjadi 6 bulan sampai 2 tahun, dulu proses IMD dan rawat gabung tidak dianggap penting tapi sekarang dianggap penting karena manfaatnya dan mungkin akan demikian untuk ilmu perawatan talipusat.

Dengan berbagai pertimbangan inilah saya sangat menghargai dan menghormati pilihan ibu dan keluarga karena disana saya melihat pemberdayaan diri, proses menambah ilmu dan wawasan pada diri mereka. Semua itu terlihat saat berdiskusi dengan mereka langsung. Pilihan pasien yang saya tangani untuk LB tentu masih sangat sedikit dibanding delayed (tunda) clamp apalagi early (dini) clamp. Mungkin karena belum banyak yang up date dan banyak hal yang melatar belakanginya. Pada akhirnya semua itu dikembalikan kepada pasien untuk memilih metode dari rangkaian persalinannya, tenaga kesehatan hanya wajib menyampaikan secara terbuka kekurangan dan kelebihannya. Lalu kemudian tenaga medis wajib melakukan pemantauan, pendampingan dan intervensi sesuai indikasi apabila diperlukan.

Demikian menurut sudut pandang yang telah saya gali dari berbagai sumber. Allah yang Maha Cerdas, Allah yang Maha Bijaksana, Allah yang Maha Suci dan saya yang masih banyak kekurangan ingin selalu memperbaiki diri. Terima kasih saya ucapkan pada Prof Khomaini Hasan dan teman-teman lain yang turut membantu saya dalam menulis artikel ini.

-Bidan Wina_Natural Birth Care-

# Berikut saya sertakan foto baby lotus birth 24 jam paska kelahiran

Pasien saya yang pernah mempraktekkan lotus birth : Bunda Arita Zain,Bunda Leoni Arista Subekti, Bunda Anita Puspitasari, Bunda Hendry Dwi Prastanti, Bunda Sylvia Dwi Wahyuni, Bunda Rachmalla Esaputri Respati Raisandi.

Sumber :

1. Al-Qur’an dan Hadist

2. www.bidankita.com › Childbirth › All About Childbirth

3. www.duniasehat.net/2014/03/lotusbir...

4. www.journal.akbideub.ac.id/index.ph...

5. https://moudyamo.wordpress.com/.../....

6. www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P...

7. www.nice.org.uk/guidance/cg62/evide...

8. https://oshigita.wordpress.com/.../.....

9. http://unikterbaru.wordpress.com/20...

10. Dan lain-lain.

Read other articles & publications:
SEBERAPA PENTING MENJAGA TUBUH TERHIDRASI SELAMA HAMIL?
Tentu, menjaga tubuh terhidrasi selama keh...
MENGENAL PRE-EKLAMSIA
Kehamilan adalah perjalanan yang penuh tan...
TES POSTCOITAL (SERI PEMERIKSAAN KESUBURAN PRIA)
Tes postcoital, atau disebut juga tes post...