MAKE A RESERVATION
Home > Articles & Publication > Atonia Uteri (Rahim tidak berkontraksi)

Atonia Uteri (Rahim tidak berkontraksi)

by. Admin
17 July 2017
Atonia Uteri (Rahim tidak berkontraksi)

Bismillah

Pada kesempatan kali ini kita mengulik tentang Atonia Uteri. Awalnya saya kurang tertarik dengan bahasan ini karena saya pikir sudah banyak yang mengerti bahkan awam sekalipun. Tapi apa salahnya jika kita refresh dan perbarui informasi. Selain dipicu oleh munculnya artikel lain yang menurut saya kontennya kurang lengkap dan cenderung fear mongering terkait kondisi medis dan pilihan tempat persalinan. Dan lebih sedihnya, saya menangkap response bunda-bunda yang mengalami kekhawatiran berlebihan tanpa mau mengenal fase dan kondisi persalinan fisiologis yang sebenarnya.

Atonia uteri adalah kegagalan rahim berkontraksi secara memadai setelah kelahiran (caningham, 2013 : 415). Setelah kelahiran bayi atau plasenta, Rahim akan berkontraksi yang akan berfungsi mengikat pembuluh darah yang terbuka dari bekas implantasi plasenta. Jika Rahim tidak berkontraksi cukup kuat atau atonia uteri maka pembuluh darah yang terbuka ini akan bebas mengeluarkan darah dan terjadilah perdarahan. Atonia uteri ini dihubungkan dengan kejadian Post Partum Hemorhage (PPH) / (HPP) Perdarahan Pasca Persalinan (Kehilangan darah > 500 ml) dan hal ini yang berpotensi pada kematian ibu. Disini saya akan mengutip point penting dari artikel oknum tenaga kesehatan yang tempo hari lalu sempat muncul pada beranda saya.

1. Atonia uteri tidak dapat dicegah dan bisa terjadi pada siapa saja.

Benarkah demikian?

Allah Maha Pintar, Maha dahsyat sehingga dapat menciptakan segala sesuatu beserta tanda-tandanya. Baik dalam segi medis dan penyakit. Manusia kalau batuk dan pilek diberi tanda bersin-bersin dulu paling tidak lebih dari 3x, mau sakit diberi tanda badan lemas dulu atau meriang, ada infeksi dalam tubuh (apapun) diberi tanda panas dulu, dll. Itu semua sebagian kecil contoh sinyal dari Allah SWT langsung untuk kita. Bukankah itu termasuk tanda kebesaran-Nya? Begitu juga dengan atonia uteri yang dapat dihindari melalui screening pasien saat di tempat persalinan. Screening pasien yang berpotensi mengalami atonia uteri adalah anemia (kekurangan Hb), pasien dengan status gizi rendah, riwayat atau persalinan lama, kehamilan ganda (kembar), dan bayi besar. Untuk menghindari terjadinya perdarahan paska persalinan kita harus mengenal kunci utama suksesnya, yaitu :

# Nutrisi dan Suplemen yang baik sesuai kebutuhan

Dengan mengkonsumsi makanan dan suplemen alami yang kaya akan nutrisi terutama untuk meningkatkan produksi sel darah merah, mempercepat regenerasi sel dan membuang toksin/racun dalam tubuh akan menghindarkan kita dari risiko anemi. Contoh : konsumsi klorofil cair, kurma, raspberry, biji-bijian, jelatang, dll.

# Mendapatkan info yang selengkapnya tentang kesehatan ibu

Jika memang ada ibu yang memperlihatkan data screening yang mengacu pada risiko atonia uteri maka perlunya untuk pemeriksaan penunjang laboratorim cek hemoglobin (Hb), Hematrokit dan trombosit untuk mengetahui penggumpalan darah yang normal dalam tubuh ibu.

# Bagi tenaga kesehatan – Tidak terburu-buru melahirkan plasenta

Hampir semua perdarahan paska persalinan disebabkan tergesa-gesa dalam melahirkan plasenta. Pada saat ruang pada otot Rahim belum berkesempatan untuk berkontraksi dalam membantu mengendalikan aliran darah, pada saat itu terjadi overmanipulasi Rahim dari pendamping persalinan yang tergesa-gesa untuk melahirkan plasenta. Hal ini menyebabkan adanya sisa bagian plasenta yang masih melekat di dinding Rahim sehingga menyebabkan kontraksi yang tidak merata lalu terjadilah perdarahan.

Penelitian menyebutkan banyak tenaga medis yang tidak memberikan waktu bagi plasenta untuk lahir secara alami. Perdarahan paska persalinan mungkin akan bisa dihindari jika praktisi medis tidak melakukan intervensi dan terlalu banyak mengatur kelahiran plasenta.

Dalam sudut pandang medis, pengurangan HPP yang signifikan sekitar 68% didapatkan pada managemen aktif kala 3 yang melibatkan pemberian uterotonika (ex : oxytosin) dengan atau segera setelag kelahiran bayi, penegangan talipusat terkendali dapat memperpendek waktu proses kelahiran plasenta dengan tidak ada peningkatan yang signifikan risiko retensi plasenta (plasenta sulit lahir). Hal ini dibanding dengan membiarkan plasenta lahir alami hanya dengan posisi gravitasi dan stimulasi putting susu.

Kembali pada keyakinan bahwa Allah SWT menciptakan waktu kelahiran bayi ataupun plasenta dapat berbeda-beda setiap wanita. Saya pernah mempunyai pasien home birth dengan riwayat persalinan anak pertama di RS dengan kelahiran plasenta yang lama hingga dilakukan pengeluaran paksa oleh tangan bidan hingga menimbulkan trauma, kemudian anak kedua dan ketiga lewat pendampingan saya dengan plasenta yang kami tunggu selam 1, 5 jam yang akhirnya keluar alami tanpa perdarahan dan juga tanpa pemberian uterotonika (oxytosin).

2. Penanganan atonia uteri dengan cepat hanya bisa di RS

Alasan tempat rujukan jauh? Okelah untuk daerah terpencil yang melewati pegunungan yang berliku-liku dan laut dengan ombak yang bergumul-gumul. Prediksi kematian ibu akibat perdarahan hanya dalam waktu 1 jam. Untuk jaman sekarang, apalagi bagi ibu yang tinggal di kota besar, letak rumah sakit bahkan bisa beberapa ratus meter dari rumah. Bahkan ada pasien saya yang rumahnya tepat di depan rumah sakit rujukan sesar. Jadi geografi dan akses layanan menjadi faktor penting untuk diperhatikan, terlebih di perkotaan. RS sudah di mana-mana.

Atonia uteri dapat dikelola dengan massage Rahim bersamaan dengan pemberian oxytosin, prostaglandin dan alkaloid ergot. Pengenalan dini, evaluasi dan pengobatan yang sistematis, serta ressusitasi cairan segera akan meminimalkan hasil yang berpotensi serius terkait dengan perdarahan paska persalinan. Bidan praktek rumah telah melalui ujian untuk lebih trampil dalam penanganan perdarahan paska persalinan. Yang harus dipilah pertama kali adalah mengenai asal terjadi perdarahan, yaitu 4T : Tone (kontraksi) jika lemah atau tidak ada maka diagnosanya atonia uteri, Trauma (jalan lahir) bisa terjadi oleh adanya robekan atau laserasi yang cukup dalam sehingga terjadi perdarahan, Tissue (Jaringan) melakukan pengecekan adanya sisa plasenta yang tertinggal dalam Rahim, dan Thrombin (koagulopati) pemeriksaan adanya kelainan darah yang menghambat proses pembekuan darah.

Jika Rahim lunak maka tenaga medis akan melakukan kompresi dengan meletakkan satu tangan di dalam ruang vagina dan mengepalkannya sementara tangan lain menempatkan fundus dari atas melalui dinding perut. (lihat pada gambar). Para bidan akan melakukan itu dengan cepat dan hati-hati untuk mengontrol perdarahan demi asuhan sayang ibu walau pasien akan merasa kesakitan. Jadi mohon bunda-bunda yang mengalami hal tersebut dapat memaklumi tugas kami sekali lagi.

3. Melahirkan yang paling nyaman atau paling murah mungkin bukan di rumah sakit. Tetapi melahirkan yang paling AMAN tetap di rumah sakit.

Dalam data penelitian yang saya dapatkan, 1-5 % wanita mengalami perdarahan paska persalinan dan kemungkinan yang lebih besar mengalaminya adalah persalinan sesar. Jumlah rata-rata kehilangan darah setelah kelahiran bayi tunggal dalam persalinan pervaginam adalah 500 ml. Sedangkan jumlah rata-rata kehilangan darah untuk persalinan sesar sekitar 1000 ml.

Kejadian atonia uteri (Rahim tidak berkontraksi) dari Persalinan SC hampir dipastikan kebanyakan karena proses anastesi. Dan ada beberapa obat anti inflamasi yang didapatkan dari proses tersebut dapat menyebabkan inhibisi (upaya pencegahan/pengurangan) kontraksi. Oleh sebab itu dalam SC cairan infusnya selalu diberi Uterotonika untuk merangsang kontraksi Rahim kembali. Bidan di rumah sakit sudah berkali-kali menangani kasus pasien atonia uteri post sc yang masih berada di ruang pulih paska operasi (RR).

Lalu bagaimana dengan pilihan persalinan di rumah bidan?

Untuk membuka praktek dirumah tidak bisa sembarang Bidan, hanya yang sudah cukup kompeten dan melalui ujian-ujian standart nasional. Surat perizinan itu akan keluar saat rumah bidan sudah diperiksa kelayakan pelayanan dan alat-alat emergency yang terstandarisasi. Jadi untuk persalinan di rumah itu sudah aman karena sudah standart untuk PERSALINAN NORMAL.

Hal yang paling mungkin jadi pembeda adalah jam terbang. Jam terbang adalah standard yang hanya bisa diuji oleh klien langsung. Apapun profesinya. Bidan praktek di rumah sudah terampil dalam melakukan deteksi, menangani maupun melakukan alur rujukan kasus kebidanan apapun termasuk penyebab perdarahan.

Saya merasa kunjungan pasien bersalin RS meningkat dengan alasan “nanti kalau ada apa-apa biar cepat tertangani”.
Oke, namun kenyataannya sebaliknya , saya dapat mewakili curahan hati teman-teman bidan seperjuangan di RS yang merasa mengeluh oleh banyaknya rujukan puskesmas dan bidan hanya dengan diagnose pasien yang menurut kami belum patut untuk dilakukan rujukan.

Jika pasien sudah terlanjur masuk RS maka secara protap dan penanganan tindakan keadaan pasien akan naik ke tahap selanjutnya. Memang seperti itulah Rumah sakit diciptakan, sebagai tempat penanganan pasien yang sudah tidak bisa ditangani untuk menjalani persalinan di rumah bidan/puskesmas. RS overload jelas bukan semakin menguntungkan, malah merugikan bagi kedua belah pihak karena over capacity, kualitas layanan turun, pasien tidak tertangani dengan layak.

Pelayanan persalinan dibuat berjenjang untuk memberikan layanan yang lebih baik, dan memang seperti itulah seharusnya. Setiap kehidupan manusia ada tahap dan kelas masing-masing. Jika masih SD, mana ada sekolah SMP yang mau menerima? Kan masih belum saatnya. Begitu juga dengan pasien ibu hamil dengan riwayat normal yang masih bisa ditangani oleh bidan praktek rumah.

4. Tambahan dari saya – Tanggung Jawab sebagai hamba Allah SWT

Keberadaan Rumah bersalin/Bidan adalah strategi kesehatan nasional untuk bisa melayani Ibu bersalin sedekat mungkin dengan masyarakat, screening sedini mungkin, pendampingan se intensive mungkin, berbagi tugas dengan sejawat medis lain untuk kesejahteraan dan kesehatan masyarakat khususnya ibu dan anak. Dengan kondisi sekarang saja masih terdapat ketimpangan jumlah cakupan layanan kesehatan yang layak dengan jumlah populasi. Bagaimana kita bisa menjawab jika Allah tanya tentang amanah profesi kita di akhirat nanti?.

Khawatir boleh saja tapi mari kita tempatkan pada porsi yang pas. Ketakutan dan kekhawatiran bisa disembuhkan dengan ikhtiar yang baik, belajar dan memberdayakan diri, menyiapkan hal yang perlu dipersiapkan, doa yang kenceng agar dimudahkan persalinan, memperbaiki hubungan dengan Allah dan manusia, paket komplit dengan tawakalnya.

Sudah lama saya membaca tulisan-tulisan dari oknum tenaga medis ini, meskipun tidak mengikuti pertemanan karena saya yang orang medis saja ngeri membaca tulisan yang hanya berbau kental dengan medis sehingga menghilangkan unsur kehadiran dan takdir Allah SWT dalam kehamilan dan persalinan semua wanita di dunia seakan-akan hanya ada satu saja solusi. Sudah semestinya kita sama –sama tingkatkan kualitas layanan dari berbagai pihak dan bekerja sama dalam menjalankan amanah ini. Untuk Bunda ,mari jalani persalinan dengan damai, dengan khawatir yang pas, ikhtiar yang menenangkan, ciptakan momen bersalin yang indah dan menyenangkan sebisa mungkin.
Wassalam.

Bidan Wina_Papilio NBC

Reff :
http://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default…

https://www.midwiferytoday.com/articles/hemorrhage.asp

http://www.healthline.com/…/complications-delivery-uterine-…

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4832492/…

http://www.aafp.org/afp/2007/0315/p875.html

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3788839/

Read other articles & publications:
SEBERAPA PENTING MENJAGA TUBUH TERHIDRASI SELAMA HAMIL?
Tentu, menjaga tubuh terhidrasi selama keh...
MENGENAL PRE-EKLAMSIA
Kehamilan adalah perjalanan yang penuh tan...
TES POSTCOITAL (SERI PEMERIKSAAN KESUBURAN PRIA)
Tes postcoital, atau disebut juga tes post...